Kritik Pendidikan Sekolah Dalam Novel Ayahku (Bukan) Pembohong

Senang rasanya jika di
masa kecil memiliki banyak cerita, entah itu cerita nyata yang dialami, cerita dari
buku bacaan maupun cerita dongeng dari orang tua. Cerita memiliki banyak
manfaat dalam perkembangan seorang anak seperti, memperkaya kosa kata, menstimulasi
daya imajinasi dan kreativitas, sebagai cara paling efektif untuk menanamkan
nilai – nilai kebaikan, dll. Sebuah novel berjudul Ayahku (Bukan) Pembohong bisa
mencerminkan hal itu dengan baik.
Buku karangan Tere Liye
ini bercerita tentang seorang pelaku utama bernama Dam, ia tak lagi bersimpati atau
bahkan membenci ayahnya karena merasa begitu kecewa. Ia menganggap bahwa selama
ini ayahnya telah berbohong karena menceritakan dongeng – dongeng yang tidak
masuk akal sejak ia kecil.
Selain menitik beratkan
pada manfaat cerita untuk menanamkan pendidikan pada anak, melalui buku ini, Tere
Liye juga ingin memasukkan kritikan terhadap sistem pendidikan yang ada saat
ini. Dalam buku tersebut diceritakan bahwa setelah lulus SMP, Dam dikirim ke sebuah
sekolah berasrama di luar kota, sebuah sekolah yang tidak terkenal dan bahkan
hampir setiap orang yang di tanya tentang sekolah itu menggeleng tidak tahu,
namanya Akademi Gajah.
Sekolah tersebut
menerapkan sistem pendidikan yang berbeda dengan yang selama ini di kenal,
meski para gurunya terlihat tua dan konservatif namun mereka adalah pengajar
yang luar biasa dan menguasai berbagai trik mengajar sehingga membuat siswanya selalu
tertarik untuk mempelajari hal – hal baru yang akan diajarkan. Siswa tidak
hanya dituntut untuk menghafal teori dan rumus – rumus namun lebih mementingkan
untuk melakukan praktik dan penelitian langsung di bawah bimbingan sang guru.
Akademi Gajah tidak
menerapkan kelas normal sebagaimana yang di temui di sekolah pada umumnya, Akademi
ini hanya meminta murid mengambil minimal 8 mata pelajaran, di mana 4 merupakan
mata pelajaran pokok yang wajib diikuti oleh semua siswa dan 4 lagi adalah mata
pelajaran yang bersifat bebas dalam arti para siswa diperbolehkan memilih kelas
mata pelajaran apapun yang disediakan oleh Akademi Gajah sesuai keinginannya.
Yang paling menarik
adalah sistem penilaian. Akademi Gajah menerapkan sistem penilaian yang juga
tidak biasa. Siswa tidak perlu mengikuti ujian layaknya sekolah lain agar bisa
lulus dan mendapatkan ijazah. Para guru tidak ingin mendidik siswanya hanya
terpaku pada nilai di atas kertas. Untuk itu mereka meninggalkan sistem ujian
yang memang biasanya hanya membuat siswa tertarik untuk belajar ketika
mendekati ujian dengan harapan mendapat nilai bagus dan dinyatakan lulus. Oleh karena
itu dengan tidak adanya ujian, para guru dalam Akademi ini dituntut untuk
melakukan penilaian yang mencakup seluruh aspek kehidupan siswa baik di dalam
maupun di luar kelas, sistem penilaian ini mungkin untuk dilakukan karena siswa
tinggal di dalam asrama Akademi.
Di akhir cerita, Dam baru
mengetahui ternyata ayahnya selama ini tidaklah berbohong. Ia sangat menyesal
karena terlambat, kebenaran itu baru terungkap ketika ayah meninggal. Selama ini
ia telah meragukan bahkan menganggap ayahnya seorang pembohong dan tidak sempat
meminta maaf hingga akhir hayatnya.
Buku setebal 299 halaman
begitu menarik karena mampu membikin pembacanya mengharu biru karena larut terbawa
cerita sedih di dalamnya. Selain itu ia juga bisa membuat pembaca merasa
penasaran dengan berbagai alur cerita yang tidak terduga.
Lebih detailnya silahkan
membeli dan membaca buku tersebut. Sekian.
Belum ada Komentar untuk "Kritik Pendidikan Sekolah Dalam Novel Ayahku (Bukan) Pembohong"
Posting Komentar