Moral Baik Yang Perlu Ditanamkan Pada Anak Sejak Dini : Jujur (Bag.1)

Banyak orang menganggap
bahwa semakin hari masyarakat kita sedang dilanda krisis moral yang semakin
akut. Tidak peduli umur, dari yang muda hingga yang tua. Di mana – mana berbagai
macam kasus yang tidak bermoral terjadi hampir setiap hari dan menghiasi berbagai
berita di media massa, pemerkosaan, perkelahian, pembunuhan, tawuran,
pencurian, perampokan dlsb.
Mengapa itu semua bisa
terjadi? Ada banyak faktor yang menyebabkan hal itu, salah satu faktor yang utama
adalah moral baik yang ditanamkan pada anak kurang mengakar kuat. Kebanyakan orang
saat ini lebih peduli terhadap uang, hampir semua fokus pikirannya tertuju pada
bagaimana cara menghasilkan uang, sehingga hal – hal terkait penanaman moral sering
dianggap sepele dan tidak terlalu dipedulikan. Bukankah saat ini orang akan lebih
banyak yang memilih calon menantu yang kaya daripada berbudi luhur namun
penghasilan pas – pasan. Memang tidak semua, tapi lebih banyak yang seperti
itu.
Maka salah satu solusi
yang bisa dilakukan untuk mengatasi masalah krisis moral agar tidak berlarut –
larut adalah dengan mulai menanamkan moral yang baik pada anak sejak usia dini.
Dengan begitu kita bisa berharap semoga generasi yang akan datang bisa menjadi
lebih baik dari pada sekarang. Biarlah apa yang terjadi sekarang menjadi
tanggung jawab pribadi kita masing – masing.
Baca Juga : Rekomendasi Novel Ayahku (Bukan) Pembohong Tere Liye
Baca Juga : Rekomendasi Novel Ayahku (Bukan) Pembohong Tere Liye
Jujur
Kejujuran adalah permasalahan
utama moral saat ini. Maka jangan heran jika ada ungkapan yang sering
terdengar, “jika semua maling jujur, penjara penuh”. Ya, itu adalah ungkapan
jujur untuk menggambarkan kondisi kita saat ini. Sangat sulit rasanya mencari
sosok yang kuat berpegang teguh pada nilai – nilai kejujuran, karena pada zaman
sekarang orang berlaku jujur ibarat memegang bara api yang sangat panas, tidak
banyak yang bisa melakukannya.
Maka sejak dini kita
perlu melatih para ‘tentara’ baru masa depan yang tangguh baik secara fisik
maupun mental agar mereka kuat memegang bara api tersebut hingga saatnya kelak
cahaya kebenaran dan kedamaian akan bersinar terang, menerangi kehidupan umat
manusia di muka bumi. Hal itu tentu tidak mudah apalagi jika hanya dilakukan
oleh segelintir orang, harus ada gerakan masif dari semua kalangan yang
mendukung hal itu.
Yang perlu menjadi
catatan adalah jujur letaknya bukan hanya pada ucapan saja, namun menyeluruh
meliputi berbagai aspek kehidupan kita, jujur secara tindakan, jujur secara pikiran,
jujur secara perasaan, dlsb. Kejujuran yang hanya berupa partisi – partisi
tidaklah terlalu kuat menahan segala godaan yang ada, ia rentan dibelokkan oleh
berbagai kepentingan di kemudian hari.
Contoh : seseorang berbisnis
jual beli laptop bekas, sebagai seorang penjual tentu ia ingin mendapatkan
keuntungan. Suatu hari ia memiliki produk yang secara fisik terlihat bagus namun
jeroannya tidak sehat, secara hitung - hitungan jika dijual secara blak –
blakan maksudnya memberitahukan seluruh cacat kepada pelanggan, tentu produk
tersebut akan jatuh harganya dan ia akan merugi. Namun di sisi lain ia tidak
ingin berbohong kepada pelanggannya. Pada kasus semacam ini, praktik umum yang
biasanya dilakukan oleh penjual adalah ia akan menyuruh calon pembeli untuk mencoba
sendiri barangnya. Jika cocok maka sepakat dibeli jika tidak tidak apa – apa.
Apakah hal semacam ini
bisa dibenarkan? Jika kita melihatnya menggunakan kacamata kejujuran yang
terpartisi, tentu akan menjawab, “ya sah – sah saja, kan tidak berbohong, tidak
bilang apa – apa, bahkan penjual memberi kebebasan memilih jadi beli atau
tidak.” Namun jika melihatnya dari kacamata kejujuran secara menyeluruh, mulut
bisa saja tidak mengatakan apa – apa namun justru di situlah letak kebohongannya,
yang berbohong adalah pikiran, ia mengetahui bahwa ada yang tidak beres pada
laptop tersebut, namun untuk kepentingan agar tidak merugi, ia menyuruh mulut
untuk diam dengan berbagai dalih pembenaran. Lebih jauh dari dalam hati nurani kita
tentu akan terbersit rasa tidak enak dan tidak nyaman. Bagaimana nanti jika
pembeli mengetahui kondisi sesungguhnya dari barang tersebut. Bagaimana perasaan
pembeli? Tentu akan kecewa bukan. Jika kita mengabaikan kegelisahan hati nurani,
itu berarti kebohongan yang kedua yang dilakukan oleh pikiran untuk membujuk
hati nurani.
Di sinilah pentingnya
menerapkan kejujuran secara keseluruhan bukan hanya secara partisi – partisi. Tidak
hanya menerapkan pada diri sendiri kita juga perlu menanamkannya pada anak –
anak sejak usia dini. Jangan sampai mereka menganggap bahwa kejujuran letaknya
hanya di ucapan saja.
Bersambung ...
Bagian 2 : Melatih Anak Agar Memiliki Sikap Rajin
Bagian 3 : Tentang Rendah Hati
Bagian 4 : Tentang Ringan Tangan
Bagian 5 : Tentang Sikap Mengalah
Bagian 6 : Tentang Tanggung Jawab
Belum ada Komentar untuk "Moral Baik Yang Perlu Ditanamkan Pada Anak Sejak Dini : Jujur (Bag.1)"
Posting Komentar